Popular Post

Posted by : saintzera Monday, October 26, 2015

“Kita putus saja”
Aku sudah mengatakannya

Tomoyo terperangah, ia mengarahkan wajahnya kepadaku. Aku tak mampu menatapnya, aku mengalihkan pandanganku
“Akan lebih baik kalau kita putus saja”
“Aku sudah bilang, jangan bercanda seperti itu”
“Kamu memiliki tujuan,” aku segera menyela kalimatnya,” tapi, kalau kamu tetap bersamaku, mungkin kamu tidak akan mencapainya”
Kami hening sejenak, Tomoyo tertunduk, aku mulai memberanikan diri menatapnya
“Oke ? Jadi..”
“Ga....aku ga mau !!”
“Tomo—“
“Aku ga mau !!”
Tomoyo setengah berteriak
......
“Ada apa sih?”
“Sudah ga usah dilihat”
......
Aku mendengar percakapan orang  lewat, bukan hal yang aneh..kulihat Tomoyo berdiri dan berbalik menghadapku
“Kalau aku pergi, kamu akan menemui masalah..tanpa aku, siapa yang akan membangunkanmu pagi-pagi? Siapa yang akan menyediakan makan siangmu ? Bagaimana dengan belajar untuk ujianmu ? lalu..lalu..”
 kulihat Tomoyo  mulai berkaca-kaca
“Jangan kuatir..aku akan mengaturnya walau tanpa kamu”
“Tapi...tapi....”
“Kalau aku terus bersamamu, pada akhirnya aku akan selalu bergantung padamu dalam semua hal, aku juga tidak ingin begitu caranya..”
“Aku cinta kamu...aku ingin bersama denganmu...” Tomoyo mulai mengeluarkan air matanya
“Tomoyo...perasaanku padamu bukanlah perasaan cinta. Aku adalah orang yang sangat egois. Tomoyo, jawablah harapan orang-orang padamu, sehingga suatu hari nanti aku bisa mengingatmu kemudian berkata, wow, kekasihku dulu adalah orang yang begitu hebat. Aku mohon, Tomoyo”
......
“Aku mengerti”
 setelah hening sejenak Tomoyo akhirnya menanggapi, aku tidak lagi melihat air matanya, namun kulihat sorot matanya hampa,
 “Aku janji padamu,.. jadi,..terima kasih telah mau berpacaran dengan perempuan seperti aku, jaga dirimu baik-baik”
“Ya”
Tomoyo mengambil tasnya, dan Ia pun pergi...
Sementara aku..aku belum bisa beranjak dari bangku taman dan cuma bisa meremas es krimku, kutundukkan kepalaku sembari terisak , awan mendung di hatiku telah menumpahkan air hujannya......cih, mengapa aku menjadi seperti ini ? Bukankah yang barusan kulakukan adalah demi kebaikan Tomoyo ? Bukankah aku melakukan ini karena aku sayang kepadanya ? Namun kenapa saat ini...kenapa saat ini hal-hal tersebut tidak menghibur kesedihanku....

_________________________________________________________________________________

“haaah ? kupikir jalan kalian akan lurus lurus saja sampai kalian menikah”
Begitulah tanggapan Sunohara saat kuceritakan kisahku di kamar asramanya
“Ga semudah itu...”
“Ga juga,.. Kalau ia dipaksa memilih, aku pikir dia akan lebih memilihmu dibandingkan dengan OSIS”
“Ga begitu juga..”
“Tapi, dengan perginya Tomoyo, tidakkah kamu akan kembali menjadi dirimu yang dulu sebelum bertemu dengannya ?”
Kali ini aku hanya bisa tersenyum menanggapi Sunohara
_________________________________________________________________________________

Aku tidak lagi dibangunkan oleh Tomoyo di pagi hari setelah kami putus, namun aku ternyata mampu untuk bangun sendiri, aku menghadiri seluruh jam pelajaran meski aku belum mampu untuk sepenuhnya berkonsentrasi pada pelajaran, aku mengerjakan soal-soal latihan di sekolah, aku mengerjakan PR di rumah, meski sempat tertidur di tengah jalan, dan besoknya dikumpulkan.Ya,  aku berusaha agar hidupku berubah menjadi hidup seorang pelajar pada umumnya, menjadi lebih rajin tidak seperti dulu
Bagaimana dengan Tomoyo ? Mungkin sebagian dari kalian mulai mempertanyakan kabarnya, kalau kalian bertanya padaku akupun tidak seberapa tahu, terkadang kami berpapasan di koridor, namun kami saling melewati tanpa saling menyapa, seolah kami tidak pernah mengenal satu sama lain, ya seperti itulah kami..walaupun aku tidak bisa menyangkal, hatiku sedih bila bertemu dengannya
_________________________________________________________________________________

“Kamu sudah dengar ? Tomoyo mendapat ranking 4 dalam ranking ujian nasional !!”
“Ia juga diberi penghargaan karena ia begitu aktif menjadi sukarelawan kemarin”
“Aku bahkan mendengar bahwa ia mendapat tawaran untuk belajar di luar negeri dalam program pertukaran pelajar”
Begitulah kira-kira pembicaraan mengenai Tomoyo hari-hari ini, pembicaraan yang kudengar secara kebetulan ketika melewati gerombolan murid sekolah dan sudah lebih dari sebulan sejak aku putus dengannya. Tomoyo nampaknya benar-benar menepati janjinya padaku pada hari itu. Haha..setelah aku pikir-pikir, bukan hal yang aneh untuk gadis seperti Tomoyo, memang sudah seharusnya ia begitu.
_________________________________________________________________________________ 

“Aku benar-benar akan menontonnya lho”
Sunohara bermaksud untuk menonton sebuah kaset rekaman video ketika aku sedang berkunjung ke kamar asramanya
“Lakukan saja apa yang kamu suka..”
“Kupikir kamu ga mau lihat ini soalnya.. .Yakin gapapa ?”
“Sudah tonton saja..”
Aku berusaha terlihat cuek sembari sedikit mengguratkan senyum
“Oke...”
Dan Sunohara pun mulai menyetel video tersebut...dan terdengarlah suara dari video yang diputar Sunohara
“I fight the bullet in order to prevent the loneliness, if you hadn’t known the law of the sakura trees......”
“Bahasa apa ini ?” Sunohara bertanya padaku
“Sepertinya ia sedang berbicara mengenai pohon sakura,” jawabku
Mungkin kamu telah menebaknya, ya..ini adalah video mengenai Tomoyo, dalam video yang  terpampang di layar, tampak Tomoyo sedang berpidato dalam bahasa Inggris di sebuah ruang pertemuan yang besar...
_________________________________________________________________________________

Dan keesokan harinya foto Tomoyo terpampang sebagai headline sebuah koran lokal
“Foto ini sama dengan yang kita lihat di video kemarin”
 begitu komentar Sunohara yang memberitahukan kabar ini padaku yang sedang duduk santai di bangku halaman sekolah
“Ya...”
“Kita dulu dekat dengan seseorang yang begitu hebat, yah?”
Aku hanya bisa menu jukkan senyum simpulku padanya
“Hey..”
Sunohara berkata demikian, ketika aku menoleh ke arahnya, jarinya telah menunjuk ke atas, begitu ku mengikuti arah jarinya yang ternyata menuju jendela lantai 2 gedung sekolah, aku melihat Tomoyo dan rekan OSIS nya terlihat sedang berbicara dengan seorang alumni
“Sepertinya dia sedang sibuk”
“Ya...”
Begitulah lagi jawab singkatku, terkadang aku merasa tidak enak hati menanggapi perkataannya dengan begitu singkat padahal ia telah banyak bicara, walaupun ia memang cerewet, tapi setidaknya memang aku memang tidak biasanya begini diam..apakah karena topik yang ia bicarakan adalah mengenai Tomoyo ? Apakah aku memang belum bisa melupakannya setelah berbulan-bulan putus ? Aku tidak mengerti..
_________________________________________________________________________________

“Hahahaha..apaan rambutmu itu ?,”Aku tertawa di kamar asramanya melihat rambut Sunohara yang ia cat hitam seperti semula, nampaknya aku sudah terlalu terbiasa melihat rambut bercat pirangnya
“Ga usah ketawa..aku sudah merasa cukup aneh melihat bayanganku di cermin !! Dan lagi aku memang tidak punya pilihan, aku ga bisa pergi wawancara kerja dengan berambut pirang begini”
_________________________________________________________________________________

“Mungkin hasil nilai mu tidaklah terlalu bagus, namun jangan menyerah, pada akhirnya kamu akan menemukan pekerjaan yang membuatmu nyaman”
Di kesempatan lain, itulah yang wali kelas ucapkan padaku saat perwalian. Ya mungkin sudah bisa ditebak, aku, begitu pula Sunohara telah menginjak akhir tahun pelajaran, akan segera lulus dan meninggalkan bangku sekolah. Aku dan Sunohara tidak melanjutkan ke bangku kuliah, namun langsung mencari pekerjaan. Pada akhirnya, tempatku diterima bekerja  masih berada di kota yang sama, di kota yang penuh dengan kenangan buruk ini.
_________________________________________________________________________________

Kemudian tibalah hari upacara kelulusan,..setelah upacara kelulusan selesai..
“Kamu yakin mau langsung pulang ? masih ada pesta lho setelah ini” Sunohara bertanya padaku di pintu sekolah
“Aku ga punya alasan untuk ikut, sampai jumpa nanti di kamarmu.”
“Oke..”
Akhir  tahun ajaran yang terletak di bulan Desember menjadikannya bukan hal yang aneh apabila pada saat itu hampir seluruh kota diselimuti dengan salju, begitu pula hari ini, seluruh kota telah diselimuti dengan salju. Saat ini salju juga sedang turun perlahan-lahan, sementara aku sedang berjalan kaki sendirian menuruni jalan bukit yang sepi yang menghubungkan sekolah dengan kota yang terletak di bawah bukit, jalan yang berada di tengah deretan pohon sakura yang Tomoyo, mantan kekasihku dulu, ingin lindungi. Melihat pohon sakura yang tidak sedang menunjukkan keindahannya pada musim dingin di kiri kananku sekarang ini nampaknya berarti  usaha Tomoyo telah berhasil.
Tomoyo yah ? Tomoyo...mengapa sampai sekarang aku masih belum bisa melupakan gadis itu, mengapa aku dengan mudahnya mengkorelasikan pohon sakura yang kulihat dengan bayangan dirinya ? Aku tahu hidupku secara keseluruhan sejauh ini tidaklah sebaik, senyaman, secemerlang, atau sebahagia orang lain, namun sejauh itu pula aku tidak pernah merasa bermasalah dengan hidupku. Namun hari ini aku hanya merasa begitu sedih dengan diriku, kesedihan ini tidak mungkin disebabkan oleh aktivitas sehari-hariku, aku merasa tidak ada yang salah dengan itu.
Aku sedih memikirkan Tomoyo, sudah berbulan-bulan semenjak aku putus dengannya, namun aku tidak bisa melupakannya. Aku tidak tahu mengapa , namun memang itu kenyataanya, aku sedih memikirkan dia. Memang ia tidak memiliki pacar baru semenjak ia putus denganku, kemungkinan karena ia benar-benar sedang fokus mengejar tujuannya. Namun tidak lama lagi pun ia akan terbebas dari jabatannya dari ketua OSIS, bukan hal sulit baginya untuk menemukan pacar baru. Tidak cuma itu yang mengganggu pikiranku, pada titik ini, aku mulai mempertanyakan keputusanku hari itu, hari di mana aku memutuskan hubunganku dengannya.
Apakah keputusanku saat itu merupakan keputusan yang tepat ? Memang saat ini tujuanku memutuskannya bisa dibilang tercapai, namun..melihat prestasinya saat ini, apakah aku saat itu meragukan kemampuannya ? Maksudku, tanpa harus putus denganku pun mungkin ia masih bisa mencapai tujuannya dan mungkin aku bisa serajin ini bukankah ia juga begitu sedih saat aku memutuskannya ?. Namun itu juga tidak menyelesaikan masalah apabila saat itu aku tidak putus dengan Tomoyo, bukankah pada akhirnya orang secemerlang Tomoyo tidak mungkin akan tinggal di kota kecil ini setelah ia lulus tahun depan ? Setidaknya ia pasti ia akan melanjutkan kuliah di kota besar, meraih sesuatu yang lebih besar daripada pencapaian seorang pemuda yang mungkin akan terjebak seumur hidupnya di sebuah kota kecil. Cepat atau lambat aku dan Tomoyo pasti akan putus karena dunia kami begitu berbeda, mungkin tepat juga aku memutuskan nya saat itu, saat itu aku masih memiliki muka padanya, dibandingkan misal kami putus begitu ia lulus, saat itu aku pasti sudah kehilangan muka..haha, aku begitu bodoh masih memikirkan hal-hal seperti itu, bahkan di hari kelulusanku ini. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri sampai aku tidak menyadari kehadiran sesosok wanita yang tanpa kusadari telah berdiri di hadapanku.
_________________________________________________________________________________

Rambut itu, wajah itu...sangatlah tidak asing buatku. Tomoyo Sakagami telah berdiri di hadapanku sekarang.
Tomoyo memulai pembicaraan denganku
“Kamu sehat-sehat saja?”
“Ya..ada apa ?”
“Aku telah menunggumu, aku ingin memberitahumu”
“Memberitahu apa ?”
“Pohon sakura disini akhirnya tidak akan jadi ditebang. Sudah diputuskan demikian.”
“Jadi begitu..”
“Sudah lama aku berjuang mencapai tujuan yang tak bisa kulepas begitu saja, sekarang tujuanku telah menjadi kenyataan.”
“Ya, kamu telah membuat mimpimu menjadi kenyataan.”
“Tapi, aku berkorban besar untuk itu, mengorbankan waktu berbulan bulan yang harusnya dapat kuhabiskan dengan orang yang kusayang.”
Hening sejenak, Tomoyo melanjutkan kalimatnya
“Aku mencintaimu..bahkan sekarang, aku mencintaimu lebih dari sebelumnya.”
“Haha..bukankah selama ini kita sudah tidak pernah bicara ?
“Kamu benar, tapi aku memperhatikanmu,.. selalu memperhatikanmu selama ini. Aku tahu bahwa tanpa aku, kamu bisa baik baik saja. Kamu mengikuti pelajaran dan sudah tidak terlambat datang ke sekolah. Kamu bekerja keras, sedikit demi sedikit, setiap hari”
“Ya, meski aku tetap tidak bisa membuat bento sendiri. Aku juga cukup berusaha keras mencari pekerjaan, rekomendasi sekolah untukku memang buruk, sehingga aku ditolak bekerja di banyak tempat. Namun pada akhirnya aku menemukan pekerjaan. Di sebuah toko kecil, toko daur ulang barang bekas. Tokonya dekat, masih berada di kota ini, transportasinya mudah”
“Cuma itu yang bisa kuceritakan padamu Tomoyo....Hei, apa sebenarnya yang kubicarakan padamu ? Sebenarnya bagaimana biasanya aku mengobrol denganmu ? Bagaimana biasanya aku tertawa denganmu?”
Kulanjutkan kalimatku...
“ Namun kamu dan aku tidak sejalan,.. kamu juga akan lulus tahun depan, aku yakin kamu akan meninggalkan kota ini dan pergi jauh...karena kamu memang bisa pergi lebih jauh dari aku. Namun aku memang tidak bisa,..aku terkurung di kota ini, selamanya di sini. Seperti itulah orang seperti aku”
“Kalau begitu...”Tomoyo berkata,
“Aku akan mengikutimu...ke mana pun kamu pergi..”
Aku terkejut...”Kenapa, Tomoyo ?” nada bicaraku mulai meninggi,
”Kamu bisa pergi ke tempat yang lebih baik, tidakkah kamu mengerti itu ? Bukankah dulu aku juga sudah bilang padamu ? Kamu bisa masuk universitas yang bagus, bertemu dengan banyak orang, membangun impian demi impian kemudian mewujudkannya..”
Tanpa kusadari aku telah berteriak padanya..
“KAMU PUNYA TEMPAT YANG LEBIH TINGGI TOMOYO !!  TEMPAT YANG  JAUH ...!!    AMAT JAUH LEBIH TINGGI DARIPADA BERADA DI SAMPINGKU !!! KAMU BISA MERAIH APAPUN !!! RAIHLAH APAPUN YANG ADA DI LUAR SANA, KAMU GA AKAN MENCAPAINYA BILA BERSAMAKU... AKU BUKAN ORANG YANG LAYAK BUATMU !!”
Tanpa keraguan Tomoyo menyela,”Jangan terlalu merendahkan dirimu, inilah pilihanku...”
“ Daripada tempat yang tinggi yang tersusun oleh nilai ujian atau rekomendasi guru ataupun sederetan prestasi, uang bahkan kekuasaan ..ada tempat yang lebih baik dan lebih dekat di sini,, yang lebih nyaman..dan lebih hangat buatku, yaitu di sampingmu, bersama orang yang kucintai..oleh karena itu.. ”
Dengan mantap Tomoyo berkata..
“Aku akan ikut bersama Tomoya !!!.., ke manapun ia pergi ... dengan segenap hatiku !!!”
Aku terkejut..sekarang awan mendung di hatiku telah tersibak..mengizinkan sang mentari memancarkan sinar cerahnya...
“Hahaha...” Aku sedikit terkekeh,”Kalau sudah begini, sekarang aku tidak tahu siapa di sini yang lebih tua”
...
“Aku juga pergi, Tomoyo..mungkin memang sedikit terlambat, namun aku juga akan pergi... kemanapun juga kamu pergi”
......
.....
Kulihat Tomoyo mulai terisak,,
”Tomoya...Tomoya !!”
“Ada apa ? Ada apa Tomoyo ??”
Aku tidak tahan lagi, aku memeluk Tomoyo yang sedang menangis, dan tanpa kusadari aku juga mulai berkaca-kaca...
“ Ada apa Tomoyo ? Jangan menangis..jangan menangis ...Tomoyo...”
..............
.........
....

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © The Gray Saint - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -